Helicopter View, Eagle View

hel·i·cop·ter view (plural hel·i·cop·ter views)
noun
Definition:
overview: a general outline or brief summary of a situation or subject
a helicopter view of the state of the industry

sumber : Encarta Dictionary; Helicopter view

Helicopter view, sebuah istilah yang sering digunakan di dunia bisnis dan manajemen. Intinya adalah bagaimana kita melihat suatu hal dari sisi yang lebih general, seperti kita melihat dari atas helikopter.

Helicopter & View from Helicopter

Konsep ini dipakai agar kita melihat sebuah permasalahan secara sistemik. Karena suatu masalah di sebuah bagian, bisa jadi berhubungan dengan bagian lainnya, yang baru dapat diketahui jika kita melihat secara general. Dengan helicopter view pun kita dapat tahu dengan lebih baik mengenai langkah apa yang sebaiknya dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah atau ketika membuat perencanaan tertentu.

Sering kita lihat di film dokumenter tentang aksi pengejaran polisi dengan ghost rider (hantu jalanan, orang yang suka kebut-kebutan). Dengan bantuan helikopter, selain aksi pengejaran tersebut bisa direkam agar dapat ditonton oleh jutaan pemirsa di dunia (haiah), para polisi yang mengejar di bawah pun dapat terbantu. Yang di helikopter dapat memantau kemana kira-kira arah penjahat akan pergi, dimana daerah yang macet yang dapat dimanfaatkan untuk menjebak si penjahat, dimana jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh mobil lain agar bisa mengepung si penjahat, etc. Intinya, banyak kemungkinan solusi yang dapat kita lihat dengan menggunakan helicopter view dibanding melihat dengan view normal.

Dalam perusahaan pun juga gitu. Sebuah produk yang tidak laku misalnya, belum tentu itu karena produk tersebut jelek. Bisa jadi masalahnya ada pada bagian marketingnya, atau ada regulasi pasar yang membuat produk ga laku, atau karena produk kompetitor jauh lebih bagus, etc.

Nah, ada lagi yang namanya eagle view*, pandangan elang. Mereka dapat terbang tinggi sambil mencari mangsa yang bergerak di permukaan. Ketinggian terbangnya membuat si elang dapat melihat dalam sekup yang luas, namun penglihatan matanya yang tajam juga dapat menemukan mangsa kecil yang bergerak-gerak di bawah.

Dengan eagle view, selain dapat melihat secara general, kita juga harus dapat melihat secara mendetail. Hal ini dapat memberikan pemikiran yang lebih tajam di setiap bidang sehingga kita dapat memperoleh solusi yang jauh lebih baik.

This slideshow requires JavaScript.

nb: * istilah ini ngarang sendiri. Jadi belum bisa dijadikan sebagai literatur. Kecuali berani nampilin dhimaskasep di bagian daftar pustaka 😛

Dhim’s Folder Management System

  • File di folder “My documents” berantakan?
  • Sering menginstal ulang komputer/operating system lalu kerepotan ketika melakukan re-organisasi ulang file-file?
  • Sering kebingungan mencari file di hardisk karena foldernya tidak terorganisir?

Kini anda tak perlu khawatir lagi. Dhim’s file folder management system telah hadir untuk menyelesaikan masalah anda. Langsung saja cek ke [tekape]: (jangan lupa klik read more di bawah) Continue reading

The 1st step and the 90% complete

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau proyek, kita  biasa dibatasi oleh 3 hal. Yang pertama ialah performansi atau target dari pekerjaan kita, yang kedua adalah target waktu, dan yang ketiga adalah resources yang tersedia yang biasanya diukur menggunakan biaya. Notes ini akan membahas batasan yang kedua: waktu.

Poin pertama ialah tentang sebuah pepatah, the hardest part is the 1st step. “Langkah pertama adalah pekerjaan tersulit”. Tentu ini tidak berlaku bagi sebagian orang dan bagi sebagian jenis pekerjaan tertentu, tetapi pernyataan ini ada benarnya. Ada orang yang bilang ingin menikah, tapi sama sekali ga mempersiapkan apapun. Banyak orang yang bilang ingin berbisnis, tapi dia tidak memulai sama sekali. Banyak orang yang punya cita-cita besar, tapi ia tidak memulai langkah pertamanya. Akibat ditundanya (tidak dilakukannya) langkah pertama itu, maka pekerjaan pun akan terus tertunda dan tertunda, bahkan sama sekali tidak jadi terlaksana. Padahal, kalau langkah pertamanya sudah dilakukan, biasanya langkah berikutnya akan terasa lebih ringan.

Banyak penyebab yang membuat orang kesulitan melakukan langkah pertama. Salah satu penyebabnya ialah karena kebiasaan suka menunda. Alasan-alasan seperti “ah, itu mah gampang, entar aja dikerjain”, “masih banyak waktu, besok-besok aja deh”, dan alasan sejenisnya membuat orang menjadi deadliners.

Sebuah pekerjaan atau proyek biasanya memiliki batasan waktu. Pada metode PERT, sebuah aktivitas akan memiliki batasan waktu berupa earliest start, earliest finish, latest start, dan latest finish. Walaupun kata pak JKlebih cepat lebih bae”, tapi banyak orang memilih the latest start dalam melakukan pekerjaannya, bukan earliest start. Mungkin ini yang menyebabkan JK kalah (halah ga nyambung). Pokoke, hati-hatilah dengan langkah pertamamu. Segerakan en jangan menunda-nunda, karena menunda itu…..  (tadi mo nulis apa y? lupa gw, hehe. udah deh jadi titik-titik aja 😛 )

Poin kedua ialah tentang 90% complete. Biasanya proyek besar dianalisa dengan menggunakan percent work complete seperti BCWP (Budgeted Cost Work Performed) pada metode EVM (earned value management). Suatu pekerjaan pada waktu tertentu bisa diukur berapa persen selesainya. Nah, masalah yang sering terjadi ialah ketika pekerjaan sudah hampir selesai (sekitar 90%), orang terbiasa menunda lagi. Seperti pada gambar di bawah, terlihat kurva terus naik secara linear sampai sekitar 80%-90% complete, lalu menjadi horizontal (yang berarti tidak ada progress dari aktivitasnya). Dan di akhir mendekati deadline, tiba-tiba saja pekerjaan itu sudah selesai.

Menurut James Lewis dalam bukunya Fundamentals of Project Management, ada dua kemungkinan alasan mengapa hal ini terjadi. Yang pertama ialah biasanya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, kita akan menemukan masalah di dekat deadline pekerjaan itu. Untuk menyelesaikannya membutuhkan usaha yang besar, tapi begitu masalah diselesaikan, maka dengan cepat pula pekerjaan itu akan selesai (atau dalam bahasa lain, masalah yang ditemukan itu adalah si 10%, maka begitu masalah selesai maka selesai pula pekerjaan itu).

Yang kedua ialah ketidaktahuan kita dimana posisi / progress kerja saat ini. Untuk membuat target waktu, biasanya kita hanya melakukan sebuah estimasi waktu saja. Misalnya ketika kita ingin melakukan suatu pekerjaan dengan target waktu 10 jam. Lalu setelah satu jam pertama kita katakan bahwa sudah 10% selesai, pada jam kedua sudah 20% selesai, dan seterusnya. Yang dilakukan bukanlah menilai progress kerja, namun melakukan reverse inference (pengambilan kesimpulan induktif). Hal ini menyebabkan pekerjaan yang seharusnya sudah selesai, namun kita tetap berkutat di sana karena merasa pekerjaan belum selesai pada waktunya. Padahal progress pekerjaannya yaa harusnya ga seperti itu.

Satu tambahan lagi untuk masalah 90% complete ini. Terkadang, ketika sudah sampai 90% dan waktu yang tersisa masih banyak, lagi-lagi kita menunda pekerjaan. Padahal kalau bisa selesai lebih cepat itu lebih bae.

wallahualam

_orang yang suka menunda & sering salah mengestimasi waktu_

TI 3252 – Perancangan Organisasi

Kuliah TI 3252 Perancangan Organisasi (PO),

3 SKS in Semester 6

kuliah-1-pengantar.ppt
kuliah-2-proses-perencanaan.ppt
kuliah-3-pengertian-dasar-organisasi.ppt
kuliah-4-analisis-lingkungan.ppt
kuliah-5-dan-6-teknologi-organisasi.ppt
kuliah-7-struktur-organisasi.ppt
kuliah-9-organisasi-birokrasi.ppt
kuliah-10-pendekatan-sasaran.ppt
kuliah-11-pendekatan-power.ppt
kuliah-12-lima-elemen-struktur-organisasi.ppt
kuliah-13-perancangan-jabatan.ppt

_________________Kalo yg dibawah ini, kontainnya mirip, tapi ukurannya jauh lebih kecil :
po01.pdf
po02.pdf
po03.pdf
po04.pdf
po05.pdf
po06.pdf
po07.pdf
po08.pdf
po09.pdf
po10.pdf
po11.pdf