Tak terasa cahaya sabit menunjukkan saat-saat terakhir di Bulan Ramadan. Semoga di 4 hari terakhir ini bisa maksimal lagi dalam beribadah.
Ada beberapa hal yang selalu bikin perasaan jadi kurang enak ketika berada di penghujung Ramadan. Pertama saya sering mengevaluasi ibadah yang dijalankan dengan yang ditargetkan di awal Ramadan. Entah mengapa biasanya cuma terlaksana 60%-70% (secara kuantitas). Selalu saja ada “gangguan” yang padahal sudah diprediksi sebelumnya, namun entah mengapa tak bisa dilawan. Apakah memang dasar sifat ane yang pemalas, kurang kuat keinginan, atau alasan personal lain. Ah, padahal katanya setan sudah dibelenggu, kok ane masih kayak gini ya? Masih didominasi oleh hawa nafsu yang tidak baik. Allahumma inni ‘audzubika minal ajzi wal kasal. Ya Allah, aku berlindung padaMu dari kelemahan dan kemalasan…..
Lalu hal kedua yang membuat saya sering gelisah di akhir Ramadhan ialah apakah ibadah yang sudah dilakukan akan diterima oleh Allah SWT. Saya sering teringat dengan salah satu hadis yang sering disebutkan di awal Ramadhan mengenai orang yang berpuasa namun hanya mendapat lapar dan dahaga. Kalau yang pertama tadi tentang masalah kuantitas ibadah, mungkin kali ini tentang kualitas ibadahnya. Seringkali ketika melakukan ibadah maghdoh untuk mengejar target harian tertentu, saya malah menjadi seperti robot, jadi kurang menjiwai ibadah yang sedang dilakukan.
Biasanya sie, untuk mengatasi kegelisahan yang pertama dan kedua, bisa dilakukan dengan itikaf. Suasana ketika itikaf itu menjadi berbeda, apalagi ketika itikaf di Mesjid tertentu yang memang punya kegiatan itikaf yang “spesial”. Dibandingkan dengan ibadah sendiri (menyendiri), mengerjakan ibadah sambil berlomba-lomba dengan yang lain memiliki kelebihan khusus. Misalnya dapat memotivasi kita untuk terus bertilawah jika melihat orang lain tilawah, memotivasi untuk jadi lebih serius ketika melihat orang lain yang terlihat sangat khusyuk ibadahnya. Juga dapat “menyadarkan” diri bahwa ternyata masih banyak orang lain yang berusaha jauh lebih keras dari kita dalam beribadah. Ane juga kadang bingung, kok orang-orang bisa kuat ya qiyamul lail sampai ber-jam-jam. Apalagi yang satu rakaatnya bisa sampe 30 menit sendiri, beuh,,. Ane aja setelah 5 menit udah pengen lompat-lompat karena ga tahan (astaghfirullah). Kadang kepikiran juga untuk melakukan penelitian tentang “analisis kelelahan kerja secara ergonomi pada saat qiyamul lail” (boleh ditambahin:studi kasus Masjid Habiburrahman PT DI yang QL-nya sampe 3 jam). Ya Allah,, kok jadi keinget ya sama Rasul yang melakukan ibadah malam sampai kakinya bengkak, padahal ia sudah dijamin surga. Lha ane yang masih banyak dosa gini malah masih sering ngeluh,, ya Allah,, kuatkanlah hambaMu ini. Semoga bisa optimal dalam 4 hari terakhir ini…..
Kemudian hal ketiga yang kadang membuat gelisah, yaitu perihal silaturahim & mudik. Yah,, sebenernya ga terlalu gelisah sie masalah mudik ini, karena saat ini masih belum terpisah jauh. Ga tau deh nanti setelah pergi dari Bandung ini (kalo jadi tinggal di luar Bandung). Tapi yang kadang bikin gelisah itu ialah masalah silaturahimnya, yang ane sendiri sering merasa kurang optimal memanfaatkan waktu-waktu bersama keluarga & tetangga yang ada di kampung halaman.
Kemudian yang keempat, biasanya kepikiran ketika hari pertama Idul Fitri, yaitu kangen Ramadhan. Ah,,, andai saja usaha ini mungkin terkabul, pengen deh ane ngebuat grup pesbuk “gerakan 500 juta facebookers dukung sepanjang tahun jadi bulan Ramadhan”. Euh,, suasana Ramadhan adalah suasana terbaik yang pernah ane rasakan. Bulan dimana pahala diobral, dosa-dosa diampuni, dijauhkan dari api neraka. Bulan dimana masjid menjadi ramai, maksiat berkurang, sebagian besar tempat dugem ditutup, artis-artis jadi berjilbab, sinetron jadi lebih islami, yang ngerokok ikutan puasa rokoknya (cihuy). Bulan dimana ane jadi lebih produktif baik itu dalam ibadah maupun kegiatan duniawi (sedikit berbeda dari kebanyakan orang). Tentunya karena ga mungkin setiap bulan menjadi bulan Ramadhan, akan kepikiran juga apakah ane masih bisa berjumpa dengan ramadahan tahun depan. Hiks,, sedih rasanya kalo udah di akhir Ramadhan gini….
Lalu yang kelima, ini yang paling spesial, yaitu Lailatul Qadr. Malam dimana diturunkannya Al-Quran. Tahukah kamu apakah malam lailatul qadr itu? lailatul qadr itu lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam itu sampai terbitnya fajar.
Lailatul Qadr, sebuah malam yang nilainya sama dengan 1000 bulan (sekitar 83 tahun). Suatu gift yang menurut saya paling spesial yang cuma ada di Bulan Ramadhan, biasanya di 10 hari terakhir. Semoga saja ketika malam itu tiba, ane sedang melakukan ibadah terbaik agar bisa bernilai 30.000 kali lipat (amin ya Rabb).
-6.880909
107.617922