Ini kampus apa tempat parkir sih?

Kesel ga sih ngeliat sekitar kampus kaya’ begini?
Kok kebanyakan kendaraan?
Pengen pamer atau apa?
Tau gak bandung tuh dah sesek?
ITB, yang katanya pengen jadi world class, tapi sama lingkungan sekitar aja ga perhatian
Berapa banyak energi fosil yang dibuang?
Berapa banyak lahan yang dibuat ga rapi gara2 pemandangan gini?
Berapa besar kemacetan yang ditimbulkan di jalan ganesha & tamansari gara2 ini?
Berapa banyak polusi yang diproduksi? Katanya mau jadi eco-campus? Mimpi kalii

antara TI - sunken
TI-Sunken

tamansari-sumur bandung penuh parkir mobil orang2 itb
Tm.Sari atas

dayang sumbi
Dayang sumbi

ganesha. dekat SR
Ganesha, dekat SR

Parkir SR. tampak dari luar
Parkir SR tampak dari luar

jalan skanda
Jalan Skanda

Boulevard aja jadi tempat parkir
Deket boulevard

parkiran di 4 labtek yang di tengah
Deket labtek IF

deket labtek IF
Deket labtek IF juga

dekat gku & gedung biologi
Depan biologi

sepanjang jalan di tengah2 itb
Sepanjang jalan

.

.

Dan masih banyak lagi lahan parkir lain yang tak terpublish di sini

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kalo dibiarin lama-lama Bandung jadi kaya’ gini gara-gara ITB:

new text file dot txt

kala mentari menyambut pagi
kicau suara burung
gemerintik hujan jatuh dari langit

di sana kulihat seorang bocah
seorang mahasiswa tepatnya
baru bangun dari alam bawah sadar
sejenak tuk melaksanakan sembahyang

kemudian kulihat ia berjalan,
melewati sudut gedung aquarium,
menghindari gerimis yang berniat membasahi bumi

kemanakah ia melangkah?
kuikuti jejaknya,
di sana ada teddy rachmat,
tapi sepertinya bukan dia yang ia cari,,
lalu benny subianto,
tapi sepertinya pun bukan dia yang ia tuju,,
labtek biru juga ia lewati,,

kemudian,
suatu tempat,
tempat yang tak asing baginya,
tempatnya menghabiskan malam

dulu tempat ini tak ada istimewanya
sekarang, ada potongan kayu beserta tadah hujan
terlihat elegan, nyaman
walau agak berantakan

lalu kuperhatikan apa yang terjadi
leptop
charger
tombol ON
sedikit loading
user & password mungkin
loading lagi
bumi
rubah api
user & password lagi
blog
publish

Biografi Gamais ITB

Ga ada di sini, adanya di blog bung Ardhesa.
Berikut link-nya

BIOGRAFI GAMAIS ITB

Pendahuluan
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/pendahuluan-biografy-of-gamais-itb.html

Sebelum Bercerita
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/sebelum-bercerita-biografy-of-gamais.html

Sekilas Sebelum Gamais Terlahir
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/sebelum-gamais-terlahir-sekilas.html

Sesaat Sebelum Gamais Terlahir
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/sesaat-sebelum-gamais-terlahir-biografy.html

Detik-Detik Kelahiran Gamais ITB
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/detik-detik-kelahiran-gamais-itb.html

Awal dari Gamais
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/setelah-terlahir-ini-awal-dari-gamais.html

Ketika Gamais Harus Memilih
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/ketika-gamais-harus-memilih-biografy-of.html

Masa Reformasi Gamais Semakin Menjadi
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/masa-reformasi-gamais-semakin-menjadi.html

Sewindu Berlalu Semakin Melaju
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/sewindu-berlalu-semakin-melaju-biografy.html

Berbenah, Mencoba Menjadi Lebih Baik
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/berbenah-mencoba-menjadi-lebih-baik.html

Tak Hanya Melaju, Tetapi Juga Mengakar
http://ardhesa.blogspot.com/2009/05/tak-hanya-melaju-tapi-juga-mengakar.html

Bubarkan Himpunan…..????

Bubarkan Himp

Kalo di-klik ada diskusi yg lebih seru

Saya bukan orang yang tahu apa yang terjadi saat wisuda sabtu kemarin. saya juga tidak tahu siapa saja pihak yang terlibat di sana, serta tidak tahu kronologis kejadiannya. Yang pasti, saya ga akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja,bagaikan angin lalu atau bagai khafilah yang digonggong anjing, tanpa adanya pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait.

Foto yang diambil dari rileks di atas merupakan foto di gedung oktagon ITB dengan radix dan daud sebagai tokoh utama (sorry bro masang poto ente-ente, hehe. Habisnya kerekam sie 🙂 ). Tapi saya ga lagi ngebahas si daud (begitu juga dengan radix), karena saya bukan tukang gosip, (haha,, apa-apan sih ni. 😆 )

Okey, kembali serius sekarang! Bersama ini saya memohon kepada pihak yang bertanggungjawab agar meminta maaf kepada pihak yang sudah (dan akan) dirugikan. Tindakan yang kalian lakukan bukanlah perkara yang sepele dan jangan harap pula akan dimaafkan begitu saja di akhirat sana.

Kepada himpunan, tak hanya yang tertulis di gedung itu melainkan semua himpunan yang terlibat, saya meminta sedikit kebesaran hati anda untuk meminta maaf kepada seluruh massa kampus, para alumni yang diwisuda kemarin (kalian telah mengacaukan hari bersejarah mereka kawan), juga kepada jajaran rektorat dan pihak kampus lain. Ulah kalian menimbulkan banyak keresahan di hati mereka.

Kepada para pencoret-coret, baik si hitam yang merupakan korban pemukulan (turut berbela sungkawa), ataupun si kuning yang bermaksud membela tapi menggunakan cara yang juga kurang sopan (hati-hati dengan kata-katamu, Nak), mohon pula dengan keikhlasan hati kalian meminta maaf kepada para pembersih gedung akibat ulah kalian (saya ga tau siapa saja yg bersihin gedung itu, kynya kongres deh).

Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Terakhir saya turut meminta maaf karena telah berpartisipasi dalam membesar-besarkan masalah ini. Karena jika dibiarkan lalu begitu saja, maka di masa depan masalah ini akan terus berulang dan berulang kembali tanpa ada pembelajaran bahwa hal ini salah. Tak ada maksud untuk membubarkan suatu himpunan atau apa karena memang bukan itu solusinya. Hanya ingin melihat orang-orang berani bertanggungjawab atas perbuatannya yang (sangat) merugikan orang lain. Setidaknya jika tak ada permintaan maaf, mohon pada kegiatan-kegiatan bersama berikutnya (seperti wisuda ini), himpunan yang bersangkutan meminta izin terlebih dahulu. Bagi pihak yang tahu saya harus berkata ke mana, silahkan kopipes link artikel ini, terima kasih.

_pemerhati kebersihan ITB. Tak hanya kebersihan fisik (gedung), tapi juga kebersihan hati_

Naga Bonar Simatupang

Kasus plagiat semakin menjadi tren akhir-akhir ini. Di kalangan kampus, plagiat sudah mulai menjadi masalah yang diperhatikan, seperti di salah satu program studi di ITB. Entah karena ga punya ide untuk judul tugas akhir, ga punya bahan untuk skripsi, atau memang hanya ingin mengejar gelar sarjana tanpa mau bersusah payah, ada beberapa mahasiswa yang melakukan hal ini. Banyak alasan dan pembenaran memang yang dapat dicari untuk sebuah tindakan tak bermoral, namun yang namanya keburukan tetap saja bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Sampai-sampai prodi TI pun membuat peraturan baru tentang plagiat ini dimana para mahasiswa yang sedang melakukan TA/disertasi/tesis harus mencantumkan pernyataan seperti pada gambar di bawah. Sangat disayangkan memang tindakan plagiat ini, padahal potensi intelektual mahasiswa yang jumlahnya mencapai ratusan ribu per tahun seharusnya dapat memberikan perubahan bangsa ini menjadi lebih baik, namun sayangnya skripsi-skripsi & hasil tugas akhir sepertinya hanya dijadikan “alat tukar” gelar sarjana saja.

Naga Bonar Simatupang
Naga Bonar Simatupang

Continue reading

Dies Emas ITB, nama gedung (LabTek) yang diganti, komersialisasi pendidikan, & Kabinet RI 2004-2009

Wow,, sepertinya bakalan banyak nih. Tapi engga banyak & berat-berat kok, santai aja bacanya.

Dies emas ITB (1959-2009)

Selama sekitar satu pekan ITB merayakan tahun ke-50 nya berada di dunia. FYI: sebenernya kalo kampusnya sendiri udah ada sejak 1920, tapi kalo yg disebut “ITB” secara resmi ada tahun 1959. Dies emas kali ini cukup sayang kalo dilewatkan, secara sudah menghabiskan dana sekitar 4 Milyar rupiah untuk acara ini. Wow, sayang banget khan kalo ga ikut berpartisipasi dalam “penghamburan” uang ini? Haha


Perubahan nama gedung di ITB

Jangan heran kalo ada orang yg dateng ke ITB & bertanya,”gedung panigoro dimana ya?”, atau ada mahasiswa TPB yg sedang ngobrol dengan temannya,”nanti siang kita kuliah di bakrie ya!”. Yah,, beginilah kondisi dari adanya kebijakan baru yg dibuat oleh ,,,(oleh siapa ya? Rektor kah?). membuat nama gedung masing-masing dari labtek V,VI,VII,dan VIII “dijual” seharga 25M. nama-nama labtek tersebut pun berubah menjadi nama dari beberapa alumni ITB (atau nama ayahnya ya?) ; Teddy P Rachmat, Benny Subianto, Yusuf Panigoro, & Achmad Bakrie. Perubahan nama ini juga diresmikan pada saat Dies Emas ITB tanggal 2 Maret hari ini.

[wah,, andai duitnya dipake bwt ngeganti yg terkena musibah lapindo mungkin lebih baik ya? atau jangan-jangan duit 4 M bwt acara dies dianggap sebagai “zakat” yg diitung dari biaya nama gedung? wah wah,,, gimana nih….]. btw, berikutnya gedung mana lagi yg dijual?


Komersialisasi pendidikan

Dua hal di atas bisa jadi merupakan bukti bobroknya sistem pengelolaan ITB saat ini. Entah ini pengaruh dari kebijakan tentang Badan Hukum Pendidikan yang membuat ITB “kekurangan dana” atau memang ITB ingin menghargai & bekerja sama dengan para alumninya. Tapi aneh juga, kalo buat acara band-band ga jelas gini (dimana terdapat super duper sound system yang berisik) kok bisa dengan mudahnya diizinkan & dilakukan pada hari kuliah (kenape ga hari libur aja ye?). ITB juga sampe masang berbagai atribut “dunia fantasi” (jangan heran kalo ngeliat baling-baling warna-warni di gerbang depan & belakang ITB. Itu bukan pengolah energi angin kok, Cuma hiasan aneh yang ga menarik). Sedih juga mengingat beberapa teman ketika ingin mengadakan ta’lim kelas dilarang memakai pengeras suara dengan alasan mengganggu kuliah (yang padahal dipasang pengeras suara pun ga bakal kedengeran dari kelas).


ITB, Jusuf Kalla, & Kabinet RI 2005-2009

Acara dies juga dihadiri oleh wakil presiden RI Jusuf Kalla yang membuat macet jalan tamansari pagi ini. Salah satu kutipan menarik yang beliau sampaikan seperti yang diberitakan di kompas

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Institut Teknologi Bandung (ITB) bisa dimintai pertanggungjawaban jika pemerintahan saat ini dinilai gagal. Sebab, saat ini, jabatan menteri di Kabinet Indonesia Bersatu mayoritas dipegang alumni-alumni ITB.

“Tujuh dari 32 menteri saat ini berasal dari ITB. Jadi, kalau negeri ini gagal, kita minta saja pertanggungjawaban ITB,” ucap Kalla berkelakar dengan disambut tawa para tamu dan undangan yang hadir di peringatan Dies Natalis Ke-50 (Dies Emas) ITB, Senin (2/3) di Sasana Budaya Ganesha ITB.

hmm,, belum punya tanggapan buat yg terakhir ini. Menarik juga, tapi gimana gitu yah?

________________

tambahan: sumber gambar foto-foto dies dari sini & foto labtek di sini
Sebenernya juga sempet moto-moto sie,, tapi berhubung fotonya pak rinaldi munir lebih “pas” yaa itu aja yg dipake. he2

Himaho (unit homo ITB), pantaskah?

dengan mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan, pantaskah para kumpulan gay itu mendirikan unit legal Himaho (HImpunan MAhasiswa HOmo) di ITB?

Kebodohan sudah merajalela, bahkan di kampus yang katanya terbaik sedunia akhirat itu?

Tadinya awak pikir cuma main-main & becanda doank, makanya pernah nyinggung hal ini di postingan ini, ternyata emang komunitas ini ada di kampus. Bahkan sempet-sempetnya mengajukan diri sebagai unit legal ke rektorat. Yaa jangan dibiarin lah! gimana kalo sampe bumi ITB dibalik macem kaum nabi Luth dulu? Cuma gara-gara ada deklarasi orang homo di kampus. masya Allah…..

MAHO =